Tuk Tuk Brug adalah kesenian tradisional asli dari
wilayah Kecamatan Kare Kabupaten Madiun.Kesenian ini menurut sejarah
berasal dari Desa Randualas Kecamatan Kare Kab.Madiun.Desa Randualas
berbatasan langsung dengan Desa Kare Kecamatan Kare.
Tidak
banyak informasi yang bisa di gali dari kesenian Tuk Tuk Brug ini.
Mencari sumber sejarah Tuk Tuk Brug bak mencari jarum di timbunan
jerami,sulit sekali.Bahkan generasi generasi muda yang ada di seputaran
Kare pun jika di tanya tentang kesenian Tuk Tuk Brug banyak yang tidak
tahu.Namun dari sejarah yang berhasil saya himpun ternyata kesenian ini
pernah mengalami masa masa keemasan,bukan hanya di daerah asalnya
Randualas ,namun meliputi derah daerah di sekitarnya termasuk Desa
Kare.Bahkan saking populernya pada jaman dahulu banyak yang meminta*nanggap istilah jawa* kesenian ini.Karena dianggap menghibur. Tuk Tuk Brug pun mengalami inkarnasi dari ritual pengusiran mahkluk jahat menjadi media kesenian yang menghibur.
Kesenian Tuk Tuk Brug
hampir mirip dengan kesenian Dongkrek dari Mejayan ,bahkan tidak jarang ada yang
mengatakan bahwa Tuk Tuk Brug dan Dongkrek adalah sama, padahal
berbeda.Kemiripannya adalah kesenian Tuk Tuk Brug lahir karena adanya pageblug . Dahulu kala Tuk Tuk Brug digunakan sebagai media mengusir mahkluk halus
sama seperti Dongkrek.Dengan mengadakan ritual menabuh bunyi bunyian di
harapkan makhluk halus yang menggaggu wilayah tersebut ikut larut dalam
irama tabuhan tuk tuk brug sehingga tidak jadi mengganggu
masyrakat.Pelaksanaanya adalah dengan berkeliling kampung sambil
menabuh bunyi bunyian.Tuk Tuk Brug sarat dengan nuansa magis sebab tidak jarang pemain Tuk Tuk Brug ikut kesurupan. Dalam istilah jawa di sebut "sotren".
Alat
musik yang di gunakan kesenian ini sangat sederhana,pada awalnya apapun
yang bisa menghasilkan bunyi boleh di gunakan sebagai alat
musik/gamelan.Karena menggunakan alat musik/gamelan yang seadanya maka suara yang ditimbulkan hanya berupa suara"Tuk Tuk Gabrug/Dabrug" hingga akhirnya menjadi nama dari kesenian ini. Yang unik dari kesenian ini adalah adanya “Cangkul”
sebagai alat musik.Cangkul yang di gunakan tidak sembarang
cangkul,namun harus cangkul yang sudah usang.Cangkul dalam seni Tuk Tuk
Brug mempunyai peran sentral,hingga akhirnya menjadi ciri khas dari
kesenian ini.Konon katanya jika yang di gunakan cangkul baru maka
cangkul tersebut tidak akan berbunyi/kurang bagus.Sama halnya suara khas "krek" yang ada pada seni Dongkrek.Itulah perbedaan
antara Seni Dongkrek dan Seni Tuk Tuk Brug.Pendek kata apapun gamelan yang di gunakanuntuk mengiringi Tuk Tuk Brug,maka Cangkul harus ada.
Dalam
perkembangannya karena minat masyarakat begitu banyak,maka dalam setiap
pementasannya disisipkan kisah kisah legenda agar menarik.Seperti kisah
kisah Panji dan Kleting Kuning.Namun kisah yang paling menarik dan
masih membekas di hati para sesepuh sampai saat ini adalah Kisah “Kleting Ganyong”.Saya
kurang tahu kisah Kleting Ganyong berasal dari mana,mungkin plesetan
dari kisah Kleting Kuning, kisah tersebut katanya sangat di sukai
penonton.Lucu katanya.
Sayang sekali hiburan rakyat
ini kini keberadaanya hilang entah kemana punah tak tentu
rimbanya.Seakan hilang di telan bumi.Sejatinya jika hiburan tradisional
ini kembali di hidupkan mungkin bisa menjadi daya tarik bagi masyarakat
yang sekarang ini.Tidak adanya perhatian dari pihak pihak terkait hingga
kesenian yang pernah jadi ikon masyarakat Kecamatan Kare ini
punah.Bukan tidak mungkin jika kesenian Tuk Tuk Brug ini kembali di
kembangkan keberadaanya bisa sejajar dengan kesenian Dongkrek yang
berasal dari Mejayan.
Itulah sekelumit tulisan tentang
kesenian Tuk Tuk Brug,yang berhasil saya kumpulkan.Semoga para pecinta
seni tergugah hatinya untuk kembali menggali kesenian Tuk Tuk Brug agar
kembali jaya seperti masa dahulu,sehingga bisa menjadi destinasy Wisata
khususnya untuk daerah Kare dan sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar